Investasi Apa Yang Paling Bagus?

Jika ada pertanyaan,”Investasi apa ya yang paling bagus buat saya?”

Tentu orang lain akan berebut menjawab saham, reksadana, obligasi, emas, property, dsb. Tapi sadarkah Anda bahwa ada jenis investasi lain yang lebih bagus daripada itu semua?

Investasi tersebut adalah investasi LEHER KE ATAS, alias investasi OTAK.

Kita sering gila-gilaan mengeluarkan uang Rp 2-3 juta demi membeli handphone baru daripada membayar sebuah training atau seminar. Padahal jelas-jelas, handphone atau barang konsumtif lainnya yang kita beli tidak akan menambah value diri kita. Yang ada malah mengurangi isi dompet.

Sedangkan jika kita mengalokasikan uang untuk belajar, membeli buku, ikut training, ikut mentoring, dsb, sudah jelas isi otak Anda akan bertambah.

Percuma jika Anda melirik atau mencari-cari jenis investasi apapun jika tidak diiringi oleh perkembangan pemikiran. Semua uang dan tenaga Anda akan habis untuk kerugian dan kegagalan. Tapi jika otak Anda berisi dan sering diberi suplai ilmu, kondisi minus pun bisa Anda rubah jadi emas.

Jika kita analogikan, ada dua orang yang sama-sama dikasih uang masing-masing Rp 50 juta. Orang pertama tidak pernah mendapatkan pendidikan bisnis dan finansial. Sedangkan orang kedua sering mengasah otaknya dengan pendidikan bisnis dan finansial. Apayang akan terjadi?

Orang pertama menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang konsumtif seperti handphone, baju branded, dsb. Di akhir tahun, ia tidak memiliki uang sepeserpun. Sedangkan orang kedua memutar uangnya menjadi sebuah bisnis yang profitable. Dan di akhir tahun ia memiliki uang cash yang jumlahnya 2x lipat uang lama. Dan orang kedua pun bebas membeli barang-barang yang ia butuhkan tanpa khawatir uangnya habis.

Nah, Anda mau jadi orang yang pertama atau yang kedua?

Seringkali kita merasa “sayang” untuk mengeluarkan uang Rp 1-3 juta untuk biaya belajar, mengikuti training, atau membeli buku. Padahal jika kita terbiasa melakukannya, hasilnya sungguh berkali-kali lipat daripada jika kita habiskan uang untuk hal-hal yang konsumtif semata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *