Mau Menunggu Sampai Kapan?

 

 

Akhir tahun 1990-an, bisnis MultiLevel Marketing mulai diperkenalkan di Indonesia. Banyak orang menolak untuk bergabung, padahal potensinya besar. Alasannya macam-macam, mulai dari takut itu bisnis tipu-tipu, malas presentasi ke orang lain, buang-buang waktu, dan alasan kebanyakan orang tidak mau join adalah MENUNGGU.

Mereka menunggu sampai ada orang yang sukses. Mereka menunggu sampai ada orang yang berpenghasilan puluhan juta per bulan dari hasil bisnis MLM.

 

Ketika awal tahun 2000-an mulai muncul jutawan dari bisnis MLM, mereka berkata “Seandainya saya dulu mau memulai. Tentu sekarang saya sudah kaya.”

 

Awal tahun 2000-an, internet mulai masuk ke Indonesia. Tahun 2010 mulai bermunculan bisnis-bisnis online kecil. Jualan di BBM, jualan di Facebook, seolah jadi bisnis sampingan yang banyak digeluti orang lain.

 

Saat itu orang memandang sebelah mata bisnis online. Dianggap bisnis yang ecek-ecek, main-main, tidak menghasilkan banyak uang.

 

Ketika tahun 2012 mulai bermunculan jutawan dari bisnis online, para pencibir mulai bertanya-tanya, bagaimana caranya belajar bisnis online? Bagaimana caranya menghasilkan uang sebanyak itu dari internet?

 

Lucunya, ketika diajak belajar bersama, ditawari ikut kursus, workshop, dan pelatihan internet marketing lainnya, banyak yang menolak. Alasannya terlalu sulit, terlalu ribet, tidak mau mengeluarkan uang untuk kursus, malas, menunggu orang lain sukses duluan dari hasil kursus, dsb.

 

Kebanyakan orang hanya menunggu hasil. Mereka tidak mau curi start untuk memulai. Ketika orang lain sukses, mereka merasa mulai terlambat.

 

“Seandainya saya dulu mulai jualan online.”

 

“Seandainya saya dulu mau belajar internet marketing.”

 

“Seandainya saya dulu tidak ragu dan malas.”

 

Dan masih banyak sederet “seandainya” lain bakal terlontar dari mulut orang-orang yang hobby-nya menunggu.

 

Sedangkan orang yang sukses, mereka tidak menunggu. Mereka menangkap peluang yang ada dan langsung ACTION. Mereka tidak menghiraukan orang-orang yang meragukan langkah mereka, mereka tidak mengindahkan orang-orang yang menganggap langkah mereka sia-sia. Yang penting action, action, dan action.

 

Jadi, mau sampai kapan kita menunggu? Tentunya kita tidak ingin bukan menjadi penonton lalu berakhir mengucap “Seandainya …”

 

Kita haruslah jadi yang TAKE ACTION, dan berakhir dengan berucap “Syukurlah, saya dulu mau bekerja keras.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *