Anda nggak harus jadi orang pintar dan genius untuk sukses di dunia wirausaha dan bisnis. Pengusaha yang merupakan lulusan sekolah bisnis ternama bahkan sampai sekolah ke luar negeri punya peluang yang sama dengan pengusaha yang tamat sekolah hanya di dalam negeri atau bahkan nggak punya gelar sarjana sama sekali. Lalu apa yang membedakan antara orang yang punya intelegensi tinggi dengan orang yang biasa saja pendidikannya?
Anda mungkin sudah bosan mendengar hal ini dari banyak motivator wirausaha dan bisnis lainnya tapi memang bukan omong kosong: yang paling penting adalah kreativitas dan aksi yang dilakukan untuk mewujudkan ide-ide tersebut. Nyatanya, sudah banyak yang membuktikan bahwa orang dengan tingkat intelegensi yang tinggi nggak sebanding dengan tingkat kreativitasnya.
Teori Ambang Batas
Teori ambang batas atau Threshold Theory adalah teori yang dikembangkan dari penelitian seorang psikolog dari Stanford University yang dimulai tahun 1921 bernama Lewis Terman. Penelitiannya dikenal dengan nama The Termites.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan 1.000 anak paling pintar di California antara kelas tiga sampai kelas 8 yang dipilih berdasarkan angka IQ-nya. Penelitian ini dilakukan secara kontinyu dan jangka panjang, bahkan ketika Terman meninggal pun penelitian tetap dilakukan pada anak-anak yang sama hingga tahun 1986. Hasilnya, para peneliti menemukan kesimpulan yang menarik antara tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang dengan daya kreativitasnya.
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian berkepanjangan tersebut adalah bahwa seseorang yang punya IQ tinggi nggak berarti ia juga punya daya kreativitas yang tinggi pula. Kesimpulan ini kemudian diuji lagi oleh peneliti-peneliti yang lainnya lalu berkembanglah nama Teori Ambang Batas.
Tapi jangan salah, kebanyakan orang yang kreatif memang pintar, tapi Anda nggak harus jadi orang yang genius dan punya IQ yang tinggi untuk jadi kreatif. Artinya, asalkan Anda punya tingkat kepintaran hingga level tertentu dan punya kreativitas yang tinggi, peluang Anda untuk jadi orang kaya sama besarnya dengan yang sudah terlahir kaya dan sekolah di luar negeri.
Jack Dorsey pendiri Twitter harus merelakan gelar sarjana dari Universitas New York karena konsentrasinya untuk membangun Twitter yang sekarang telah memberikannya penghasilan milyaran dollar AS per tahun. Ralph Lauren yang merupakan salah satu desainer fashion terbesar di dunia nggak lulus dari Baruch College kemudian mendirikan perusahaan dan menjual produk desainnya sendiri. Bahkan Mark Zuckerberg harus drop out dari Universitas Harvard karena passionnya membangun media sosial fenomenal Facebook.
Maksudnya bukan berarti sekolah tinggi-tinggi itu sia-sia, tentu saja bukan. Bagaimanapun juga peluang yang lebih lebar juga bisa didapatkan dengan Anda melebarkan sayap pendidikan di tempat yang lebih baik. Tapi bagi Anda yang nggak punya minat untuk sekolah dan lebih suka terjun langsung ke dunia bisnis, atau nggak ada biaya untuk sekolah tinggi-tinggi, nggak boleh minder karena orang-orang terkaya yang disebutkan di atas bisa ada di tempatnya sekarang tanpa gelar sarjana.
Menerapkan Teori Ambang Batas pada kehidupan sehari-hari
Sederhananya, Teori Ambang Batas menyimpulkan bahwa nggak butuh orang genius untuk jadi orang kreatif, tapi untuk jadi orang kreatif dibutuhkan tingkat intelegensi yang berada di ambang batas yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu.
Misalnya nih ketika Anda sedang punya target untuk menurunkan berat badan kemudian Anda menemukan hal-hal minimal apa saja yang harus dilakukan agar target berat badan turun tercapai misalnya jogging tiap pagi dan berhenti makan 3 jam sebelum tidur. Nah, yang membedakan orang kreatif dengan orang pintar adalah pada keputusan Anda untuk melakukan hal-hal minimal tersebut atau nggak.
Kalau diterapkan dalam dunia wirausaha, misalnya target Anda adalah mengetahui metrics penting apa saja yang paling dibutuhkan untuk membawa usaha Anda maju selangkah demi selangkah. Kemudian fokuslah pada metrics tersebut. Berwirausaha bukan berarti lebih pintar, tapi adalah dengan nggak mengindahkan hal-hal yang berbau distraksi dan mengerjakan apa yang harus dikerjakan.